Jumat, 19 Juni 2015

MENCEGAH ANAK TAKUT PADA DOKTER GIGI

     Takut merupakan perasaan normal yang muncul sejak lahir. Perasaan takut ini bertujuan mencegah hal  buruk terjadi pada diri sendiri. Seiring pertumbuhan, anak dapat mengidentifikasi mana hal yang berbahaya untuk dirinya, mana yang tidak. Nah, orang tua lah yang perlu membantu proses identifikasi ini. Pada dasarnya rasa takut itu ada dua macam:
1. Takut secara objektif : rasa takut yang pernah dirasakan sendiri oleh anak. Misalnya saat kunjungan pertama ke dokter gigi,  ia mendapatkan manajemen yang kurang tepat, sehingga menimbulkan trauma dan rasa takut yang berkepanjangan.
2. Takut secara Subyektif : rasa takut ini berdasarkan perasaan dan sugesti dari luar yang diberikan pada anak, tanpa anak mengalami sendiri. Seorang anak kecil tanpa pengalaman sebelumnya, apabila mendengar hal yang tidak menyenangkan dan terdengar menyakitkan akan memunculkan rasa takut pada peristiwa tersebut.
            Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah ketakutan anak pada dokter gigi:
1. Jangan menceritakan ketakutan obyektif orang tua pada anak. Misal, “Mama dulu waktu ke dokter gigi, cabut gigi sampai giginya harus di pukul-pukul, sakit banget”.
Orang tua harus percaya bahwa seiring berkembangnya teknologi kedokteran, rasa sakit yang ditimbulkan di klinik dapat diminimalisir.
2. Jangan menggunakan dokter gigi sebagai hukuman.
“Nanti kalo kamu masih nakal, giginya dicabut pak dokter lho!”
Hukuman bagi anak adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan menakutkan, sehingga pergi ke dokter gigi akan menjadi momok yang menakutkan bagi anak.
3. Mengajak anak untuk lebih familiar dengan dokter gigi. Kunjungan pertama tidak harus menunggu anak perlu dicabut atau ditambal. Disini dokter gigi perlu menerima anak dengan ramah, menjelaskan dan demonstrasi tentang kesehatan gigi dan berbagai jenis peralatan, dokter juga bisa memberikan hadiah kecil untuk memberi perasaan senang pada anak.
4. Orang tua tidak boleh memarahi, bilang malu-maluin, atau menyebut anak konyol karena ketakutannya pada dokter gigi. Hal ini akan menimbulkan rasa marah dan benci anak pada dokter gigi.
5. Orang tua tidak boleh menjanjikan pada anak bahwa dokter gigi tidak akan melakukan dan akan memberi hal tertentu. Misal,
“Nanti di dalem ga akan disuntik kok”
“Nanti sama bu dokter dikasih mainan iron man”
Orang tua juga tidak boleh berjanji bahwa perawatan tidak akan menimbulkan rasa sakit. Berbohong hanya akan menimbulkan kekecewaan dan hilangnya kepercayaan anak.


Sumber : Finn, Sidney. 2003. Clinical Pedodontics 4thed. W.B. Saunders Company: philadelphia.

1 komentar:

  1. sebenarnya takut sama dokter gigi itu wajar. secara alat untuk perbaikan gigi itu suaranya aja dah serem.

    BalasHapus